Tugas 1
A.
Masalah Kesehatan
WABAH
MALARIA DI
KABUPATEN
SARMI PROVINSI PAPUA
1.
FREKUENSI
Angka
kesakitan malaria di Kabupaten Sarmi Provinsi Papua dalam kurun waktu 2002-2006
berkisar sebesar 116-248 per 1000 penduduk.Umumnya penderita malaria ditemukan di daerah – daerah terpencil, daerah
pedesaan, daerah transmigrasi, daerah pengungsian penduduk dan sebagian besar
dari golongan ekonomi lemah. Dan kasus malaria paling besar di papua
2. PENYEBARAN
a. Orang yang Berpotensi Terkena Malaria
Prevalensi
menurut umur dan jenis kelamin.Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis
kelamin lebih berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat
dibandingkan dengan laki- laki, namun kehamilan dapat maningkatkan resiko
malaria. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah
sebagai berikut:
1.
Ras
atau suku bangsa
Pada
penduduk benua Afrika prevalensi Hemobglobin S (HbS) cukup tinggi sehingga
lebih tahan terhadapat infeksi P.
Falciparumkarena HbS dapat menghambat perkembangbiakan P. Falciparum.
2.
Kekurangan
enzim
Kekurangan
terhadap enzim Glukosa Phospat Dehidrogenase (G6PD) memberikan perlidungan
terhadap infeksi P.Falciparu yang
berat. Defisiensi terhadap enzim ini diwariskan secara genetik dengan
manifestasi utama pada wanita.
3.
Kekebalan
pada malaria terjadi apabila tubuh mampu menghancurkan Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.Orang yang paling berisiko malaria parah adalah ibu hamil, balita,
orang yang dulu tinggal di daerah endemis malaria lalu pindah ke daerah lain
yang tidak endemis dan kembali lagi ke daerah asal, juga orang yang kekebalan
tubuhnya rendah seperti HIV-AIDS.
Daerah endemis
yang dimaksud adalah daerah-daerah yang berisiko tinggi malaria, yaitu daerah-daerah
timur seperti di Kabupaten Sarmi Propinsi Papua.
b. Tempat
Menurut Depkes (2006), tempat perkembangbiakan
vektor malaria dibagi menjadi dua tipe yaitu :
- Tipe permanen, yang
terdiri dari:
1. Rawa-rawa
2. Sawah non teknis dengan aliran air gunung
3. Mata air
4. Kolam
5. Muara sungai tertutup pasir di pantai
6. Genangan air payau di pantai
7. Kobakan air di dasar sungai waktu musim kemarau
8. Genangan air hujan
9. Sawah tadah hujan
-
Tipe temporer, yang
terdiri dari:
1.
Bendungan
2.
Saluran irigasi
3.
Selokan
4.
Kaleng bekas
Sementara untuk iklim di Kabupaten Sarmi Propinsi Papua memiliki kondisi suhu dan
kelembaban yang ideal untuk perkembangan nyamuk dan
parasit malaria. Secara teoritis nyamuk bisa terbang hingga 2-3 kilo meter,
namun karena pengaruh angin jarak terbang bisa mencapai 40 km. Para ahli banyak
memperkirakan bahwa perubahan iklim global turut mempengaruhi penyebaran nyamuk
malaria. Nyamuk anopheles yang biasanya hanya ditemukan di dataran rendah
sekarang bisa ditemukan di daerah dataran tinggi atau pegunungan yang tingginya
diatas 2000 meter dari permukaan laut seperti yang ditemukan di Kabupaten Sarmi
Propinsi Papua.
Sebab lainnya karena tempat
tinggalnya yang kurang bersih sehingga penyakit lebih cepat menular. Sanitasi
di Papua masih kurang sehingga penularan juga cepat terjadi,
-
Mekanisme
Penularan
Manusia tertulari malaria jika kemasukan
sporozoit Plasmodium(P. falciparum, P.vivax, P. malariae
, atau P. ovale) lewat gigitan
nyamuk Anopheles betina
yang infeksius. Penularan malaria ke mansia bisa bermacam-macam:
1) Alami→ secara inokulatif, sporozoit
masuk tubuh manusia lewat gigitan nyamuk vektor.
2) Aksidental→ lewat transfusi
darah, atau jarum suntik yang terkontaminasi darah berparasit malaria yang
hidup → trofozoit langsung ke
darah. Secara sengaja → dengan
suntikan intravena atau transfusi untuk tujuan terapi layuh saraf (paresis)
- Pemberantasan Malaria
Pemberantasan
malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria, terutama jika terjadi
KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka kesakitan (insidensi dan
prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi akibat malaria. Program
pemberantasan malaria dilaksanakan dengan sasaran: 1. Kasus atau penderita yang
diagnostik terbukti positif gejala klinis dan parasitnya dalam darah → diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP
atau protokol bakunya di puskesmas atau rumah sakit; 2. Penduduk daerah endemik→ diberikan penyuluhan kesehatan dan dibagikan
kelambu berinsektisida. 3. Nyamuk
vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau manajemen
lingkungan, atau secara terpadu. 4. Lingkungan→dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan supaya tidak cocok lagi
jadi habitat vektor → vektor
pindah tempat atau berkurang kepadatannya secara nyata.
c. Waktu
Malaria banyak menyerang
di saat curah hujan yang tinggi.
Malaria menyerang pada siang dan sore hari dimana masyarakat kabupaten Sarmi
Propinsi Papua sedang beraktifitas. Apalagi disaat hukjan banyak genangan air
di jalanan yang berlobang merupakan tempat singgah yang strategis untuk
malaria.
3.
PENYEBAB MASALAH
Malaria
merupakan penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya yang
disebabkan oleh parasit malaria/protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang
masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan
oleh nyamuk malaria Anophelesbetina (Harijanto, 2000).
Menurut
Harijanto (2000), keterbatasan pengetahuan tentang epidemiologi malaria yang
terdiri dari biologi parasit, vektor, ekologi manusia dan lingkungan menjadi
hambatan dalam menanggulangi malaria.
a. Faktor Parasit
Agar dapat hidup terus
sebagai spesies, parasit malaria harus ada
dalam tubuh manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit
jantan dan betina pada saat yang sesuai untuk penularan. Parasit juga
harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk
Anopheles yang antrofilik agar
sporogoni dimungkinkan dan menghasilkan
sporozoit yang infektif. (Harijanto, 2000)
Malaria
pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina Anopheles. Dari 400spesies
Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang
terbukti mengandung sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi
malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3 spesies
Anopheles yang menjadi vektor penting. Di
Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang menjadi vektor malaria.
Nyamuk Anopheles terutama hidup di daerah tropik dan subtropik,
namun bisa juga hidup di daerah beriklim sedang dan bahkan di daerah Antarika. Anopheles jarang
ditemukan pada ketinggian 2000 –
2500 m, sebagian Anopheles
ditemukan di dataran rendah. Efektifitas
vektor untuk menularkan malaria ditentukan hal-hal sebagai berikut:
a)
Kepadatan vektor dekat pemukiman manusia.
b)
Kesukaan menghisap darah manusia atau antropofilia.
c)
Frekuensi menghisap darah (ini tergantung dari suhu).
d)
Lamanya sporogoni (berkebangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi
efektif).
e) Lamanya hidup nyamuk harus cukup untuk
sporogoni dan kemudian menginfeksi jumlah yang berbeda-beda menurut spesies. (Molineaux,1988)
Nyamuk Anophelesbetina menggigit antara waktu senja dan subuh,
dengan jumlah yang berbeda-beda menurut spesiesnya. Kebiasaan makan dan istrahat nyamuk Anophelesdapat dikelompokkan
menjadi:
a) Endofilik : suka tinggal dalam
rumah/bangunan.
b)
Eksofilik : suka tinggal diluar rumah.
c)
Endofagi : menggigit dalam rumah/bangunan.
d)
Eksofagi : menggigit diluar rumah/bangunan.
e)
Antroprofili : suka menggigit manusia.
f)
Zoofili : suka menggigit binatang.
Jarak
terbang nyamuk Anophelesadalah terbatas, biasanya tidak lebih dari 2-3 km
dari tempat perkembangbiakan. Bila ada angin yang kuat, nyamuk Anopheles
bisa terbawa sampai 30 km. Nyamuk Anophelesdapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan
menyebarkan malaria ke daerah yang non endemik .(Harijanto, 2000)
1.
Faktor Manusia
Kekurangan
enzim Glukose 6 Phospate Dehydrogenase (G6PD) ternyata dapat memberi
perlindungan terhadap infeksi P.falciparumyang
berat. Keuntungan dari kurangnya enzim ini ternyata merugikan dari segi
pengobatan penderita dengan obat-obatan golongan sulfonamide dan primakuin dimana dapat terjadi
hemolisa darah.
Kekebalan/imunitas
terhadap penyakit malaria adalah adanya kemampuan tubuh manusia untuk
menghancurkan Plasmodium yang masuk atau membatasi perkembangbiakannya.
Kekebalan ada dua macam yaitu kekebalan alamiah (natural immunity) dan kekebalan yang didapat (acquired immunity ). Kekebalan yang didapat terbagi menjadi dua jenis
yaitu:
a.
Kekebalan
aktif (active immunity ) merupakan penguatan dari
mekanisme tubuh sebagai akibat dari
infeksi sebelumnya atau akibat dari vaksinasi.
b.
Kekebalan
pasif ( passive immunity ) yaitu
kekebalan yang didapat dari pemindahan antibodi atau zat-zat yang berfungsi
aktif dari ibu kepada janinnya atau melalui pemberian serum dari seseorang yang
kebal penyakit. (Depkes, 1999)
2.
Faktor Lingkungan
a.
Lingkungan
fisik
Lingkugan
fisik terdiri dari suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari,
arus air dan kadar garam. Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk.
Suhu yang optimum berkisar antara 20 sampai 30ºC. Semakin tinggi suhu semakin
pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya semakin rendah suhu semakin
panjang masa inkubasi ekstrinsik.
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk,
meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas
paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk, pada kelembaban lebih tinggi
menyebabkan aktifitas nyamuk menjadi lebih sering menggigit, sehingga
meningkatkan penularan malaria.
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi
jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan
manusia. Disamping arah angin sinar matahari juga mempengaruhi pertumbuhan
larva nyamuk serta arus air yang deras lebih disukai oleh nyamuk.
b.
Lingkungan
biologik
Lingkungan
biologic brupa tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi sinar matahari atau
melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya, serta adanya tambak ikan juga
akan mempengaruhi populasi nyamuk.
c.
Lingkungan
sosial-budaya
Lingkungan sosial-budaya seperti kebiasaan
beraktifitas manusia untuk berada di luar rumah sampai tengah malam akan
memudahkan nyamuk untuk menggigit, perilaku masyarakat terhadap malaria akan
mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan
menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan
menggunakan obat nyamuk.
-
Pengendalian
vektor malaria
Pengendalian
vektor adalah salah satu cara atau strategi memutus rantai penularan malaria,
mengurangi laju penularan dari vektor ke manusia, dengan mencegah dan atau
mengurangi jumlah kontak nyamuk vektor-parasit-manusia. Sebagai data dasar (data base) dan parameter keberhasilan
pengendalian vektor dengan berkurangnya laju penularan malaria (malaria transmission rate), diperlukan
data entomologis. Data entomologis ini mencakup:
1. Nama spesies nyamuk vektor → dilakukan identifikasi nyamuk stadium
dewasa (imago) dan jentik.
2.
Kepadatan nyamuk:
a. MBR
( Man biting rate)
b. MHD (Man hour density )
c.Parity rate, lebih untuk mengetahui
umur nyamuk vektor.
Tugas 2.
B.
The mother science of public health dan The
core of public health science is epidemiology
“The core of public health
science is epidemiology” begitu tertulis dalam buku yang berjudul Epidemiology Kept
Simple yan ditulis oleh B. Burst Gerstman. Epidemiologi melahirkan banyak tokoh
mulai dari Hippocrates (460-377 SM), John Graunt (1620 – 1674) , Pierre Charles
Louis (1787 – 1872), hingga John Snow (1813 – 1858)
Seorang pemimpin besar dalam
dunia kesehatan masyarakat C.E.A Winslow menyebutkan bahwa epidemiologi adlah
disiplin diagnostic kesehatan masyarakat, epidemiologi juga disebut
sebagai “the mother science of public health” oleh Blakley (1990).
Tugas 3
C.
Epidemi, Endemi, Pandemi dan Sporadik
A.
Epidemi
Definisi:
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut
kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang,
maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Epidemi
dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari bahasa
Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata lain,
epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.
Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu
disebut incide rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat
dikatakan sama dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
Contoh
:
ü Kolera
Penyakit taun atau kolera (juga disebut Asiatic cholera) adalah penyakit menular di saluran pencernaan yang
disebabkan oleh bakteriumVibrio cholerae.
Di Provinsi
Papua, saat ini terdapat kejadian luar biasa (KLB) diare-kolera yang
menyebabkan banyak korban meninggal. Pemerintah sekarang tengah serius
menangani kasus KLB diare-kolera tersebut. Data 105 penderita diare-kolera yang
dilaporkan meninggal itu, lebih kecil dibandingkan data lapangan yang diperoleh
Kompas, yakni sejak April hingga 21 Juli 2008, tercatat 172 penderita
diare-kolera yang meninggal (Kompas, 29 Juli 2008).
KLB
diare-kolera yang dilaporkan itu terjadi di dua Kabupaten, yaitu di Kabupaten
Nabire Distrik Kammu dan Distrik Kammu Utara serta di Kabupaten Paniai Distrik
Obano dan Distrik Yatamo, Provinsi Papua. KLB diare-kolera di Kabupaten Nabire
mengakibatkan 666 sakit, 97 orang diantaranya meninggal dunia. Korban meninggal
paling banyak di Distrik Kammu, yaitu mencapai 66 orang.
Sementara di
Kabupaten Paniai berjumlah 52 kasus, 8 orang diantaranya meninggal. Kasus
terbanyak ditemukan di Distrik Obano, yaitu mencapai 46 kasus. Pengambilan
sampel usap dubur (rectal swab) yang dilakukan baik dari penderita
maupun keluarga yang kontak dengan penderita, menunjukkan positif terinfeksi vibrio
cholera tipe Ogawa.
B.
Endemi
Definisi:
Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu
masalah kesehatan ( umumnya penyakit) frekuensinya pada suatu wilayah tertentu
menetap dalam waktu yang lama. Kata Endemi berasal dari
bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos” yang artinya rakyat.
Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut
tanpa adanya pengaruh dari luar.
Contoh
:
ü Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
bernama Plasmodium. Penyakit
ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut.
Penyakit
ini paling banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium
dapat berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles.
Sukabumi adalah salah
satu daerah endemi malaria. Jumlah
warga Kabupaten Sukabumi yang terkena penyakit malaria pada 2013 mencapai
sebanyak 216 orang. Angka tersebut menurun bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebanyak 325 orang.
ü Kusta
Penyakit kusta atau juga dikenali sebagai penyakit Hansen juga Leprosy,
merupakan penyakit berjangkit yang disebabkan oleh jangkitan Mycobacterium leprae.
Pada
tahun 1995, Organisasi Kesihatan Sedunia (WHO)
menganggarkan diantara 2 hingga 3 juta orang telah mengalami masalah kecacatan
kekal disebabkan kusta dalam satu-satu masa. 20 tahun yang lepas, 15 juta orang
seluruh dunia telah pulih dari jangkitan kusta.
Data di Dinas Kesehatan Sumenep, dari
total 475 penderita kusta selama tahun 2013, 21 orang diantaranya meninggal,
dan 17 orang cacat fisik. Penyakit kusta di Sumenep paling banyak ditemukan di
Kecamatan Talango, Pragaan, dan Arjasa
Kepala Bidang Pengendali Masalah
Kesehatan, dr. Dwi Regnani, Kamis (13/02/14) menjelaskan bahwa tingginya angka
penderita kusta di Sumenep disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah keaktifan
tenaga medis dan paramedis menemukan penderita kusta. Jadi, sebenarnya bisa disebut keberhasilan juga yaitu
keberhasilan menemukan penderita kusta, sehingga bisa segera dilakukan
pengobatan
Apabila ditemukan jumlah
penderita kusta rendah, ada dua kemungkinan. Daerah tersebut memang benar-benar
bebas dari kusta, atau sebenarnya ada penderita kusta, tapi tidak terdeteksi.
Kemungkinan kedua itu yang berbahaya, karena seperti fenomena gunung es.
Terlihat kecil di permukaan, tapi sebenarnya di bawah sangat luas.
C.
Pandemi
Definisi :
Pandemi atau
epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya penyakit
menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa
Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga
syarat berikut telah terpenuhi :
• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan
suatu hal baru pada populasi bersangkutan,
• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia
dan menyebabkan sakit serius,
• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah
dan berkelanjutan pada manusia.
Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat
dikatakan sebagai pandemic hanya karena menewaskan banyak orang. Sebagai
contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian
yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.
Contoh :
ü Flu babi
Flu babi (Inggris:Swine
influenza) adalah kasus-kasus influenza yang
disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada
populasi babi. Galur
virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau
subtipe genus Influenzavirus A.
WHO secara resmi menyatakan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Juni 2009, namun menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena
penyebaran global virus ini, bukan karena tingkat bahayanya. WHO menyatakan
pandemi ini berdampak tidak terlalu parah di negara-negara yang relatif maju,
namun dianjurkan untuk mengantisipasi masalah yang lebih berat saat virus
menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan kesehatan yang buruk,
dan bermasalah medis.Laju kematian kasus (case fatality rate atau CFR) galur pandemik ini
diperkirakan 0,4 % (selang 0,3%-1,5%).
ü Kolera
1.
Pandemi
pertama, 1816–1826. Pada mulanya wabah ini terbatas pada daerah anak
benua India, dimulai
di Bengal, dan menyebar ke luar India pada tahun 1820. Penyebarannya sampai
ke Republik Rakyat Cina dan Laut
Kaspia sebelum akhirnya berkurang.
2.
Pandemi kedua
(1829–1851). mencapai Eropa dan London pada tahun 1832, Ontario Kanada dan New York pada tahun yang sama, dan pesisir Pasifik Amerika
Utara pada tahun 1834.
5.
Pandemi keenam
(1899–1923) sedikit memengaruhi Eropa karena kemajuan kesehatan masyarakat,
namun Rusia kembali terserang secara parah.
6.
Pandemi ketujuh
dimulai di Indonesia pada
tahun 1961, disebut “kolera El Tor” (atau “Eltor”) sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya, dan
mencapai Bangladesh pada
tahun 1963, India pada tahun 1964, dan Uni
Soviet pada tahun 1966.
ü Influenza
1.
“Flu Asiatik”,
1889–1890. Dilaporkan pertama kali pada bulan Mei 1889 di Bukhara, Rusia. Pada bulan Oktober, wabah tersebut merebak sampai Tomsk dan daerah Kaukasus. Wabah ini dengan cepat menyebar ke barat dan menyerang Amerika
Utara pada bulan Desember 1889, Amerika
Selatan pada Februari–April 1890,
India pada Februari–Maret 1890, dan Australia pada Maret–April 1890. Wabah ini diduga disebabkan oleh virus
flu tipe H2N8 dan mempunyai laju serangan dan laju mortalitas yang sangat
tinggi.
2.
“Flu
Spanyol“, 1918–1919. Pertama kali
diidentifikasi awal Maret 1918 di basis pelatihan militer AS di Fort
Riley, Kansas. Pada bulan Oktober 1918 wabah ini sudah menyebar menjadi pandemi
di semua benua. Wabah ini sangat mematikan dan sangat cepat menyebar (pada
bulan Mei 1918 di Spanyol, delapan juta orang terinfeksi wabah ini), berhenti hampir secepat
mulainya, dan baru benar-benar berakhir dalam waktu 18 bulan. Dalam enam bulan,
25 juta orang tewas. Diperkirakan bahwa jumlah total korban jiwa di seluruh
dunia sebanyak dua kali angka tersebut. Diperkirakan 17 juta jiwa tewas di
India, 500.000 di Amerika
Serikat dan 200.000 di Inggris. Virus penyebab wabah tersebut baru-baru ini diselidiki
di Centers for Disease Control and Prevention, AS, dengan meneliti jenazah
yang terawetkan di lapisan es (permafrost) Alaska. Virus tersebut diidentifikasikan sebagai tipe H1N1.
3.
“Flu Asia“, 1957–1958. Wabah ini pertama kali diidentifikasi di Tiongkok
pada awal Februari 1957, kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun yang
sama. Wabah tersebut merupakan flu burung yang disebabkan oleh virus flu tipe H2N2 dan memakan korban
sebanyak satu sampai empat juta orang.
4.
“Flu Hong Kong“, 1968–1969. Virus tipe H3N2 yang menyebabkan wabah ini dideteksi
pertama kali di Hongkong pada awal 1968. Perkiraan jumlah korban adalah antara 750.000
dan dua juta jiwa di seluruh dunia.
D.
Sporadik
Definisi:
Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu
masalah kesehatan ( umumnya penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu
frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan waktu.
Contoh
:
ü
Poliomielitis
Sejak pertama ditemukan kasus index, virus menyebar dengan cepat
dan jumlah anak yang terinfeksi terus meningkat, hingga akhir tahun 2005 jumlah
kasus polio liar mencapai 303 pada 46 kabupaten di 10 provinsi di pulau Jawa
dan Sumatra. Selain itu pada tahun 2005 di Indonesia juga ditemukan KLB circulating
vaccine derived poliovirus (cVDPV) di empat kabupaten di pulau Madura Jawa
Timur, dilaporkan VDPVs sebanyak 46 kasus.
Setelah dilakukan upaya penguatan imunisasi rutin dan tambahan
(PIN) yang intensif, jumlah kasus virus polio liar menurun. Pada tahun 2006
hanya ditemukan dua kasus. Kasus terakhir (virus polio liar type 1) ditemukan
di kabupaten Aceh Tenggara provinsi Aceh dengan onset tanggal 20 Februari 2006.
Dua setengah tahun setelah kasus terakhir, belum ada kasus baru yang
dilaporkan.
Kasus
polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi,
Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total terdapat
295 kasus polio 1 yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupaten/kota di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Diyna. Epidemiologi Malaria (agst 20,2011). Available
2.
Dinkes R.I. Pemberantasan penyakit/penanggulangan penyakit bersumber binatang(P2B2). Avaliabel
3.
Gunawan S. Epidemiologi Malaria Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemologi, Patogenesis, Manifestasi Klinik dan
Penanganan. Jakarta:EGC, 2000;
4.
Rampengan TH. Maria Pada Anak Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemologi, Patogenesis, Manifestasi Klinik dan Penanganan.
Jakarta: EGC,2000; Hal 249
Tidak ada komentar:
Posting Komentar