TUGAS EPIDEMIOLOGI DASAR
“TEORI TERJADINYA PENYAKIT”
Oleh
Nama : Novi Astriana
NIM : 25010113120031
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
TEORI
TERJADINYA PENYAKIT
A. Sejarah Konsep Penyebab Penyakit
Pengertian mengenai penyebab penyakit pada zaman prasejarah :
·
Sakit disebabkan
oleh adanya kekuatan-kekuatan supranatural
·
Prevalensi
rabies meningkat dianggap terjadi akibat munculnya bintang (anjing) di langit
·
Kasus disentri
meningkat pada penduduk di sekitar sungai Nil, akibat adanya perubahan aliran
sungai Nil yang terjadi karena adanya kekuatan supranatural
Sedangkan
ditinjau dari sudut epidemiologi sendiri, pemahaman tentang penyakit amatlah
penting, oleh karena itu perlu dimengerti dengan baik hal-hal yang berkaitan
dengan penyakit.
Beberapa
definisi penyakit menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1.
Penyakit adalah
kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat
terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi/struktur
dari bagian organisasi atau sistem dari tubuh (Gold Medical Dictionary)
2.
Penyakit adalah
suatu keadaan di mana proses kehidupan tidak lagi teratur atau terganggu
perjalanannya (Van Dale’s Woordenboek der
Nederlandse Tel )
3.
Penyakit bukan
hanya berupa kelainan yang dapat dilihat dari luar saja, akan tetapi juga suatu
keadaan terganggu dari keteraturan fungsi-fungsi dalam dari tubuh (Arrest Hofte Amsterdam)
B. Perkembangan Teori Terjadinya
Penyakit
Epidemiologi sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu
kewaktu. Perkembangan itu dilatar belakangi oleh beberapa hal, sebagai berikut:
1.
Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan
perubahan pola penyakit. Sewaktu jaman John Snow epidemiologi mengarahkan
dirinya untuk masalah infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan
pola penyakit kearah penyakit tidak menular. Dan epidemiologi tidak hanya
diperhadapkan dengan masalah penyakit semata, tetapi juga hal-hal lain baik
yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit/kesehatan, serta
masalah non kesehatan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan
klinik kedokteran berkembang begitu pesat disamping perkembangan ilmu-ilmu
lainnya seperti biostatistik, administrasi, dan ilmu perilaku (behavior
science). Perkembangan ilmu ini juga merupakan angin segar untuk
perkembangan epidemiologi.
Dengan
demikian terjadilah perubahan dan perkembangan pola pikir para ahli kesehatan
masyarakat dari masa kemasa. Sesuai dengan kondisi zaman dimana mereka berada.
C. Teory Terjadinya Penyakit
1. Contangion
Theory
Teori yang mengemukakan bahwa untuk terjadinya penyakit diperlukan
adanya kontak antara satu orang dengan orang lainnya. Teori ini tentu
dikembangkan berdasarkan situasi penyakit pada masa itu di mana penyakit yang
melanda kebanyakan adalah penyakit yang menular yang terjadi karena adanya
kontak langsung. Teori ini bermula dikembangkan
berdasarkan pengamatan terhadap epidemi dan penyakit lepra di Mesir. (Bustan, 2002)
Di
Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus merajalela pada abad ke-14 dan 15.
Keadaan buruk yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong lahirnya teori
bahwa kontak dengan mahkluk hidup adalah penyebab penyakit menular. Konsep ini
dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553). Teorinya mengatakan bahwa
penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui zat penular
(tranference) yang disebut kontangion.
Fracastoro
membedakan 3 jenis kontangion, yaitu :
1. Jenis
kontangion yang dapat menular melalui kontak langsung misalnya bersentuhan,
berciuman, dan berhubungan seksual.
2. Jenis
kontangion yang dapat menular melalui benda-benda perantara (benda tersebut
tidak tertular, namun mempertahankan benih dan kemudian menularkan pada orang
lain). Misalnya melalui pakaian, handuk, dan sapu tangan.
3. Jenis
kontangion yang dapat menularkan dalam jarak jauh.
Pada mulanya teori kontagion ini
belum dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme yang baru karena pada
saat itu teori tersebut tidak dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi
penemunya, Fracastoro tetap dianggap sebagai salah satu seorang perintis dalam
bidang epidemiologi meskipun baru beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa
teori kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan kegiatan-kegiatan anti
epidemik hanya merupakan tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah
efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman praktik (Anonim, 2010).
b.
Hypocratic
Theory
Hippocrates
(460-377 SM), yang dianggap sebagai Bapak Kedokteran Modern telah berhasil
membebaskan hambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yang bersifat spekulatif
dan superstitif (takhayul) dalam memahami kejadian penyakit. Ia mengemukakan
teori tentang sebab musabab penyakit, yaitu bahwa :
a. Penyakit
terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup
b. Penyakit
berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal sesorang.
Teori itu dimuat dalam karyanya
berjudul “On Airs, Waters and Places”
Hippocrates
sudah dikenal sebagai orang yang tidak pernah percaya dengan takhayul dan
keajaiban tentang terjadinya penyakit pada manusia dan proses penyembuhannya.
Dia mengatakan bahwa masalah lingkungan dan perilaku hidup penduduk dapat
mempengaruhi tersebarnya penyakit dalam masyarakat. Yang dianggap paling
mengesankan dari faham atau ajaran Hippocrates ialah bahwa dia telah
meninggalkan cara-cara berpikir mastis-magis dan melihat segala peristiwa atau
kejadian penyakit semata-mata sebagai proses atau mekanisme yang alamiah belaka.
(Ir. Martini, 2010)
Kausa
penyakit menurut Hippocrates tidak hanya terletak pada lingkungan, tetapi juga
dalam tubuh manusia. Sebagai contoh, dalam bukunya “On the Sacred Disease” Hippocrates menyebutkan bahwa epilepsi
bukan merupakan penyakit yang berhubungan dengan tahayul atau agama, melainkan
suatu penyakit otak yang diturunkan. Dalam bidang psikiatri, Hippocrates
mendahului teori Sigmund Freud dengan hipotesisnya bahwa kausa melankoli (suatu
gejala kejiwaan atau emosi akibat depresi) yang dialami putra Raja Perdica II
dari Macedonia adalah depresi yang dialami Perdica karena jatuh cinta secara
rahasia dengan istri ayahnya (ibu tirinya) (Bannis & Assocatiates, 2001;
Grammaticos dan Diamantis, 2003; Saracci, 2010).
Kontribusi Hippocrates untuk epidemiologi
tidak hanya berupa pemikiran tentang kausa penyakit tetapi juga riwayat alamiah
sejumlah penyakit. Dia mendeskripsikan perjalanan hepatitis akut pada bukunya ‘About Diseases‘: Hepatitis akut dengan
cepat menyebar ke urine menunjukkan warna agak kemerahan pada urin, panas
tinggi, serta rasa tidak nyaman. Pasien meninggal dalam waktu 4 hingga 10 hari.
(Bannis & Assocatiates, 2001; Grammaticos dan Diamantis, 2003).
c.
Miasmatic
Theory
Kira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul konsep miasma
(diartikan sebagai udara buruk atau polusi) sebagai dasar pemikiran untuk
menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Miasma dipercaya sebagai uap yang
dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, barang yang
membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara yang
dipercaya berperan dalam penyebaran penyakit.
Dirumuskan bahwa teori ini mengemukakan bahwa penyebab penyakit
berasal dari uap yang dihasilkan oleh sesuatu yang membusuk atau limbah yang
menggenang. Jika seseorang menghirupnya maka akan terjangkit penyakit.
(Maryani, 2010). Teori ini juga menganggap gas-gas busuk dari
perut bumi yang menjadi kausa penyakit. (Bustan, 2006). Dikembangkan oleh William Farr yang meneliti tentang kausa epidemi
kolera. Teori
ini mempunyai arah cukup spesifik, namun kurang mampu menjawab pertanyaan
tentang penyebab berbagai penyakit.
Dalam perkembanganya, John Snow melakukan eksperimen ke beberapa
rumah tangga di London yang memperoleh air minum dari perusahaan air minum
swasta. Air yang disuplai berasal dari bagian hilir Sungai Thames yang paling
tercemar. Suatu saat, suatu perusahaan yaitu Lambeth Company mengalihkan sumber
air ke bagian hulu Sungai Thames yang kurang tercemar. Perusahaan lain yang
merupakan pesaing yaitu Southwark Vauxhall Company tidak memindahkan sumber air
(tetap di bagian hilir Sungai Thames yang paling tercemar). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa risiko kematian karena kolera lebih tinggi pada penduduk yang
mendapatkan air minum dari Southwark-Vauxhall Company daripada yang memperoleh
sumber air minum dari Lambeth Company. Penemuan ini menunjukkan bahwa John Snow
tidak sependapat dengan William Farr tentang kausa kolera. (Adnani, 2010)
Contoh pengaruh teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria.
Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang artinya sisa-sisa
pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa. Penduduk yang bermukim
di dekat rawa sangat rentan untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk
tersebut.
Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang menghirup miasma,
maka ia akan terjangkit penyakit. Karena penyakit timbul karena
sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan, sehingga meninggalkan
pengotoran udara dan lingkungan. (Kasjono, 2008).
Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah menutup rumah rapat-rapat
terutama di malam hari karena orang percaya udara malam cenderung membawa
miasma. Selain itu orang memandang kebersihan lingkungan hidup sebagai salah
satu upaya untuk terhindar dari miasma tadi. Walaupun konsep miasma pada masa
kini dianggap tidak masuk akal, namun dasar-dasar sanitasi yang ada telah
menunjukkaan hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat kematian.
(Anonim, 2010)
d.
Germ Theory
Teori kuman ( The Germ Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa beberapa penyakit tertentu disebabkan oleh invasi mikroorganisme ke dalam tubuh. Abad ke-19 merupakan era kejayaan teori kuman dimana aneka penyakit yang mendominasi rakyat berabad-abad lamanya diterangkan dan diperagakan oleh para ilmuan sebagai akibat dari mikroba.
Pengaruh Teori Kuman dan penemuan mikroskop sangat besar
dalam perkembangan epidemiologi penyakit infeksi. Berkat Teori Kuman etiologi
berbagai penyakit infeksi bisa diidentifikasi. Bahkan kini telah diketahui
sedikitnya 15% kanker di seluruh dunia disebabkan oleh infeksi, misalnya Human
Papilloma Virus (HPV) adalah agen etiologi kanker serviks uteri (Lucas,2003).
Berkat Teori Kuman maka banyak penyakit kini bisa dicegah dan
disembuhkan. Teori Kuman memungkinkan penemuan obat-obat antimikroba dan
antibiotika, vaksin, sterilisasi, pasteurisasi, dan program sanitasi publik.
Pendekatan mikroskopik mendorong ditemukannya mikroskop elektron berkekuatan
tinggi dalam melipatgandakan citra, sehingga memungkinkan riset epidemiologi
hingga level molekul sejak akhir abad ke 20. Di sisi lain, penerapan Teori
Kuman yang berlebihan telah memberikan dampak kontra-produktif bagi kemajuan
riset epidemiologi. Pengaruh Teori Kuman yang terlalu kuat mengakibatkan para
peneliti terobsesi dengan keyakinan bahwa mikroorganisme merupakan etiologi
semua penyakit, padahal diketahui kemudian tidak demikian. Banyak penyakit sama
sekali tidak disebabkan oleh kuman atau disebabkan oleh kuman tetapi bukan
satu-satunya kausa. Untuk banyak penyakit, mikroba merupakan komponen yang
diperlukan tetapi tidak cukup untuk menyebabkan penyakit. Tahun 1950-an seiring
dengan meningkatnya insidensi penyakit non-infeksi, muncul teori kausasi yang mengemukakan
bahwa sebuah penyakit atau akibat dapat memiliki lebih dari sebuah kausa,
disebut etiologi multifaktorial atau kausasi multipel. Teori kausasi multipel
tidak hanya memandang kuman tetapi juga faktor herediter, kesehatan masyarakat,
status nutrisi/ status imunologi, status sosio-ekonomi, dan gaya hidup sebagai
kausa penyakit (Last 2001; Wikipedia, 2010xx; Citizendium, 2010).
e.
Epidemiologi
Triangle
Menurut John Gordon dan La Richt (1950), model ini
menggambarkan interaksi tiga komponen penyebab penyakit, yaitu manusia (Host), penyebab (Agent), dan lingkungan (Environment).
Gordon
berpendapat bahwa :
1) Penyakit
timbul karena
ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)
2) Keadaan
keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik
individu/kelompok)
3) Karakteristik
agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan
langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan fisik, sosial, ekonomi,
dan biologis)
Untuk memprediksi
pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman
masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemologi, dan cocok unutk
menerangka penyebab penyakit infeksi. Sebab peran Agent (mikroba) mudah diisolasi dengan jelas dari lingkungannya.
Menurut model ini
perubahan salah satu komponen akan mengubah keseimbangan interaksi ketiga
komponen yang akhirnya berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Hubungan
antara ketiga komponen terseut digambarkan seperti tuas pada timbangan. Host dan
Agent berada di ujung masing-masing tuas, sedangkan environment sebagai
penumpunya.
Agent, Host,
dan Environment
Agen Penyakit
Agen
penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun
kadang-kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti pada
penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Agen penyakit
dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
ü Agen Biologis
Virus, bakteri, fungi, riketsia,
protozoa dan metazoa.
ü Agen Nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral dan lainnya.
ü Agen Fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya dan kebisingan.
ü Agen Kimiawi
Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia),
uremia dan bersifat eksogen seperti zat kimia, alergen, gas, debu dan lainnya.
ü Agen Mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan pada tubuh host (pejamu).
Manusia/Pejamu
Faktor manusia sangat kompleks dalam
proses terjadinya penyakit dan tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Karakteristik tersebut antara lain:
1. Umur
Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti
penyakit campak pada anak-anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan
penyakit aterosklerosis pada usia lanjut.
2. Jenis
Kelamin
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada
wanita dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan
hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya
dijumpai pada laki-laki.
3. Ras
Hubungan antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat
istiadat dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya
dijumpai pada ras tertentu seperti fickle cell anemia pada ras Negro.
4. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti
mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia dan lain-lain.
5. Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat
pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis dan
lainnya.
6. Status
Nutrisi
Gizi yang buruk mempermudah sesorang menderita penyakit infeksi
seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi dan lainnya.
7. Status
Kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan
yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan
lama dan seumur hidup. contoh : campak
8. Adat-Istiadat
Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti
kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
9. Gaya
hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba dan merokok dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan.
10. Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stres dapat menyebabkan
terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia dan lainnya.
Lingkungan
Lingkungan hidup manusia pada
dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa
keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan hidup
eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dan
tiga komponen yaitu:
1. Lingkungan
Fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca,
makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini
berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta
memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat,
seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat
menimbulkan penyakit diare.
2. Lingkungan
biologis
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan,
virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi
sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor penyakit atau pejamu (host)
intermediate. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis
dan bila terjadi ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan
biologis maka manusia akan menjadi sakit.
3. Lingkungan
sosial
Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,
standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial
dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media
seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya. Bila
manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan
terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stres,
insomnia, depresi dan lainnya.
Interaksi Agen Penyakit, Manusia dan Lingkungan
Dalam
usaha-usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap penyakit perlu
dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agen penyakit, manusia dan
lingkungannya yaitu:
1. Interaksi
antara agen penyakit dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya agen
penyakit secara langsung oleh lingkungan yang menguntungkan agen penyakit.
Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya viabilitas bakteri
terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam sayuran di
dalam ruang pendingin dan penguapan bahan kimia beracun oleh proses pemanasan global.
Gambar
Ketidakseimbangan agen dan lingkungan
2. Interaksi
antara pejamu (manusia) dan lingkungan
Suatu keadaan terpengaruhnya manusia
secara langsung oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prapatogenesis suatu
penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan membuat dan menyediakan
makanan.
Gambar
Ketidakseimbangan Pejamu dan lingkungan
3. Interaksi
antara pejamu (manusia) dan agen penyakit
Suatu keadaan agen penyakit yang
menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia untuk menimbulkan respons
berupa tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya demam, perubahan fisiologis
jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan atau mekanisme pertahanan tubuh
lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, kecacatan atau kematian.
Gambar
Ketidakseimbangan Agen dan pejamu
4. Interaksi
agen penyakit, pejamu (manusia) dan lingkungan
Suatu keadaan saling mempengaruhi
antara agen penyakit, manusia dan lingkungan secara bersama-sama dan keadaan
tersebut memperberat satu sama lain sehingga memudahkan agen penyakit baik
secara tidak langsung maupun langsung masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya
pencemaran air sumur oleh kotoran manusia akan dapat menimbulkan penyakit
muntaber (water borne diseases).
Gambar
Ketidakseimbangan Agen, Pejamu dan Lingkungan
f.
The Web Of Causation (Jaring-Jaring Sebab Akibat)
Teori
jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh
(1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial.
Dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi
berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang berupa faktor
biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan penting dalam terjadinya
penyakit.
Menurut
model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara
mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri
sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan
demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong
mata rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang
disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu. (azwar, 1998)
Contoh: Jaringan sebab akibat yang
mendasari penyakit jantung koroner (PJK) dimana banyak faktor yang merupakan
menghambat atau meningkatkan perkembangan penyakit.
Beberapa dari faktor ini instrinsik pada
pejamu dan tetap (umpama LDL genotip), yang lain seperti komponen makanan,
perokok, inaktifasi fisik, gaya hidup dapat dimanipulasi.
Kerangka
konseptual
g.
Teori
Roda (The Well Of Causation)
Seperti halnya dengan model jaring-jaring
sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang
berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya
agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang
bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003)
Sebagai contoh peranan lingkungan sosial
lebih besar dari yang lainnya pada stress mental, peranan lingkungan fisik
lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar
dari lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne
disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit
keturunan. (Notoatmodjo, 2003)
Dengan model-model tersebut diatas
hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang lengkap mengenai
mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi usaha-usaha
pemberantasan yang efektif. (Notoatmodjo, 2003)
Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi
ekologis maka seringkali kita dapat mengubah penyebaran penyakit dengan
mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya
tanpa intervensi langsung pada penyebab penyakit. (Notoatmodjo, 2003)
Model ini menggambarkan hubungan manusia dengan lingkungannya
sebagai roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada
bagian intinya, dan komponen lingkungan biologi, social, fisik mengelilingi
penjamu. Ukuran komponen roda bersifat relative, tergantung problem spesifik
penyakit yang bersangkutan. Contoh pada penyakit herediter tentunya proporsi
inti genetik relative besar, sedang pada penyakit campak status imunitas
penjamu dan lingkungan biologik lebih penting daripada faktor genetik. Peranan
lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya dalam hal strees mental,
sebaliknya pada penyakit malaria peran lingkungan biologis lebih besar.
REFERENSI
Adnani, Hariza.
2010. Prinsip Dasar Epidemiologi.
Yogyakarta: Nuha Medika
Anonim. 2010. Modul Materi Dasar Epidemiologi Semester 3. Semarang: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Azwar,Azrul.1988.
Pengantar Epidemiologi. Binarupa
Aksara . Jakarta Barat
Banis
dan Associates. 2001. Prolog. www.sciencehumanitiespress.com/books/
plague.htm-. diakses 22 Maret 2014
Budioro, B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi (edisi revisi).
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Bustan,
M.N. dan Arsunan. 2002. Pengantar
Epidemiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ir. Martini, dkk. 2010. Modul Epidemiologi Dasar . Semarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro.
Kasjono,
Heru Subaris dan Heldhi B. Kristiawan. 2008. Intisari Epidemiologi. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press
Last,
JM . 2001. A dictionary of epidemiology.
New York: Oxford University Press, Inc.
Lucas
A and Gilles H, Short Textbook of Public
Health Medicine for the Tropics, Fourth Edition, Oxford University Press, 2003.
Maryani,
Lidya dan Rizki Muliani. 2010. Epidemiologi
Kesehatan Pendekatan Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat edisi ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat edisi ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemologi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
UC
(University of California) at Berkeley (2007). Antony van Leeuwenhoek
(1632-1723). www. ucmp. berkeley.edu/history/leeuwenhoek.html. Diaskes 22 maret
2014.
terimakasih banyak, sangat membantu sekali..
BalasHapushttp://acemaxsshop.com/obat-herbal-jantung-koroner/
artikelnya sangat lengkap mengenai Konsep Terjadinya Penyakit
BalasHapus1. artikel mengungkapnkan sejarah karena jarang ada yang publish
2. mudah dipahami dan dimengerti
3. dan ini sangat membantu kita untuk mengerti silsilah terjadinya suatu penyakit.
Terimakasih Salam Sehat Admin mipa-farmasi.com